BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
3.1 Gambaran Umum Obyek Yang Diteliti
3.1.1 Sejarah Lahir Buku
Buku pada awalnya hanya berupa tanah liat yang dibakar, mirip dengan proses pembuatan batu bata di masa kini. Buku tersebut digunakan oleh penduduk yang mendiami pinggir Sungai Euphrates di Asia Kecil sekitar tahun 2000 SM. Penduduk sungai Nil, memanfaatkan batang papirus yang banyak tumbuh di pesisir Laut Tengah dan di sisi sungai Nil untuk membuat buku.Gulungan batang papirus inilah yang melatarbelakangi adanya gagasan kertas gulungan seperti yang kita kenal sekarang ini. Orang Romawi juga menggunakan model gulungan dengan kulit domba. Model dengan kulit domba ini disebut parchment(perkamen). Bentuk buku berupa gulungan ini masih dipakai hingga sekitar tahun 300 Masehi. Kemudian bentuk buku berubah menjadi lenbar-lembar yang disatukan dengan sistem jahit. Model ini disebut codex, yang merupakan cikal bakal lahirnya buku modern seperti sekarang ini.
Pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun, seorang Cina di Tiongkok telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah dimasukkan ke dalam cetakan, buku di jemur hingga mengering. Setelah mengering, bubur berubah menjadi kertas. Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia tenganh, dimana beberapa pembuat kertas bangsa Cina diambil sebagai tawanan oleh bangsa Arab. Bangsa Arab, setelah kembali ke negrinya, memperkenalkan kerajinan pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol. Tahun 1150, dari Spanyol, kerajinan ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Berkat ditemukannya pembuatan kertas inilah maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang.[14]
3.2 Product Information
3.2.1 Sejarah Komik Indonesia
Komik, cergam atau kartun merupakan buku yang cukup poluler dimasyarakat khususnya pada kalangan remaja dan anak-anak, komik atau dengan istilah yang dikenal juga cerita bergambar (cergam) terdiri dari teks atau narasi yang berfungsi sebagai penjelasan dialog dan alur cerita. Komik menurut kutipan Marcel Bonnet dalam bukunya komik indonesia adalah salah satu produk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan pengalamannya, yang dituang dalam gambar dan tanda, mengarah kepada suatu pemikiran dan perenungan.
Prancis dikenal sebagai pencetus ide-ide komik cemerlang, sejarah komik bermula pada masa pra sejarah digua Lascaux, Prancis selatan, ditemukan torehan berupa gambar gambar bison, jenis banteng atau kerbau Amerika. Cikal bakal komik ini menurut bonnet belum mengandung sandi yang membentuknya menjadi bahasa namun sudah merupakan " pesan " sebagai upaya komunikasi non verbal paling kuno.
Di Mesir,cerita tentang dewa maut dalam dunia roh terdapat di kuburan raja Nakht yang ditoreh diatas (kertas) papirus, papirus ini juga sudah dikenal lama oleh orang Assiria, Siria dan parsi. Selanjutnya " Komik" diatas daun beralih bentuk Mozaik ( susunan lempeng batu berwarna) di Yunani karya ini berlangsung hingga abad ke 4 masehi, pada masa jaman Romawi cerita bergambar berkembang pesat yang selanjutnya menyebar hampir keseluruh Eropa.
Pada masa ini kita lebih banyak mengenal komik hasil karya produk Jepang terutama pada anak- anak dan remaja, yang kualitas dari cerita dan formatnya sangat menarik bahkan dapat mengalahkan komik Walt Disney's Amerika dipasaran. Di awal 1990-an Indonesia dibanjiri oleh komik- komik Jepang, ini terjadi setelah masa kejayaan Godam dan Gundala Putra Petir surut ditahun 1970-an. Toko-toko dan tempat persewaan buku dipenuhi cerita bergambar import dari negeri matahari terbit itu. Komik-komik yang hadir menyajikan tidak saja adegan laga yang diwakili oleh Chimi, kenji, Saint Seiya, atau Tiger Wong ; tetapi juga untuk kalangan Remaja yang lebih populer sekarang disebut ABG (anak baru gede) yang sedang mekar- mekarnya, seperti Candy-Candy atau juga komik jenaka seperti Kobo Chan .
Komik atau kartun telah ikut memperkaya Jepang yang kurang memiliki hasil hutan, tetapi sangat jitu dalam meniru dan memanfaatkan peluang terutama terhadap produk-produk industri. Setelah sepeda motor, mobil dan komputer, mereka merambah komik tetapi bukan sekedar jadi. Bahkan menjadi primadona untuk bacaan anak-anak dan remaja masa kini khususnya di Asia, mereka sekarang lebih mengemari Srikandi Alies warna warni atau kucing robot yang pandai melayani juga Sailor Moon dan dragon Ball Z dan lainnya, bukan lagi Flash Gordon, Garht Goofy, Mickey mouse, atau Donal Duck.
Di Indonesia cikal bakal komik banyak dipengaruhi oleh agama Budha, Hindu dan Islam. Indikasi ditemukannya gua leang-leng , sulawesi selatan temuan ini berupa gambar babi hutan juga candi -candi sekitar abad ke 18 juga didapati gambar-gambar kuno diatas kertas dengan tinta berwarna, gambar menyerupai komik karena disertai keterangan teks beraksara Arab dalam bahasa jawa yang dipakai dalam penyebaran agama islam.
Di Bali komik dibuat diatas daun lontar, bercerita tentang Ramayana dalam aksara Bali berbahasa Jawa kuno tema ceritanya Dampati lelagon atau Darma lelagon. Dicandi- candi borobudur dan prambanan terdapat relif yang menceritakan kehidupan spritual dan kebudayaan pada abad pertengahan , juga kita kenal dalam cerita wayang beber dan wayang kulit yang menjadi kesenian masyarakat jawa menjadi referensi timbulnya komik indonesia.
Cerita bergambar atau komik pertama kali terbit di indonesia sejalan dengan munculnya media masa berbahasa Melayu Cina dimasa pendudukan Belanda. Cergam Put On karya Kho Wan Gie tahun 1930 diharian Sin Po, menceritakan sosok gendut bermata sipit yang melindungi rakyat kecil bercerita indonesia sebagai tanah kelahiranya . komik ini sangat populer masa itu,sedangkan nama Put on adalah jenis cerita bergambar yang bercorak humor berbentuk kartun.
Cerita bergambar yang bercorak realistik baru dimulai oleh Nasoen As sejak tahun 1939. Bonnef menempatkan awal perang dunia I sebagai masa pertumbuhan awal komik Indonesia , komik pertama dalam kasanah sastra Indonesia adalah mencari Putri Hijau (Nasroen As) dimuat dalam harian Ratoe Timoer.
Pada masa pendudukan Jepang 1942 muncul cerita legenda Roro Mendut Gambaran B. Margono, di harian Sinar Matahari Jogjakarta. Setelah Indonesia merdeka harian Kedaulatan Rakyat memuat komik Pangeran Diponegoro dan Joko Tingkir dan pada tahun 1948 cerita kisah kependudukan Jepang oleh Abdul Salam. Cerita yang bertemakan petualangan dan kisah- kisah Kepahlawanan/ Heroisme yang diangkat dari cerita rakyat sehubungan dengan situasi politik pada masa itu , buku komik jenis ini banyak muncul pada tahun 1952, misalnya "Sri Asih" (1952) karya R.A Kosasih, "Kapten Jani", "Panglima Najan "( Tino Sidin), Tjip Tupai "Mala pahlawan rimba" (1957) dan sebagainya.
Masa keemasan dan kebangkitan kedua komik Indonesia (1980) ditandai banyaknya ragam dan judul komik yang diterbitkan pada masa itu. Ragam komik yang disukai pada priode ini , yakni komik roman remaja yang bertemakan roman kehidupan kota . beberapa komikus yang dominan adalah Budijanto, Zaldy, Sim dan Mintaraga, karya Jan Mintaraga yang cukup poluler adalah Sebuah Noda Hitam. Komik silat, yang bertemakan petualangan pendekar-pendekar ahli silat . Ganes TH spesialis dalam jenis komik ini, karya- karya lainnya Serial SiButa dari Gua Hantu, Siluman serigala Putih, Tuan Tanah Kedaung, Si Djampang, Panji tengkorak dengan (Hans Jaladara),Godam (Wid NS) dan Gundala karya Hasmi.Kecerdikan penerbit, kreativitas komikus dan tanggapan pembaca menciptakan dinamika yang mendukung suburnya dunia komik saat ini. Komik strip asing , seperti Flash Gordon, Rip Kirby, Prince Valiant, Tarzan dan Superman yang masuk indonesia lewat surat kabar, juga menjadi pendorong penciptaan karya komik-komik Indonesia.pada masa sekarang, memang kita harus banyak belajar dari negara Jepang, bukankah komikus kita sebenarnya memiliki kemampuan. Kalau kita melihat pemenang sayembara komik yang diadakan pekan komik dan animasi nasionl (PKAN) digelar di Galeri Nasional, pebruari 2000 lalu, kita kagum dan terharu, kenapa mereka bisa bikin komik begitu bagus dan tidak kalah dengan komik asing. Menurut tulisan Noor Cholis komik indonesia sebagian besar hanyalah merupakan khobah bergambar. Penuh petua-petuah verbal ini itu. Pesan yang ingin disampaikan pun terlalu hitam putih, penuh samangat lokal yang dibuat-buat sehingga menimbulkan rasa risih bagi pembaca dewasa dan membosankan bagi anak-anak anak-anak mempunyai dinamika yang berbeda yang dimiliki oleh orang tua mereka. Dahulu komik seperti Mahabarata yang konon penuh ajaran mulia, cerita-cerita sejarah yang hebat lagi perkasa boleh sangat disukai, bahkan pernah mencapai kejayaan dengan penjualan yang sangat mengagumkan.
Komik sebagai industri berjangka panjang hampir tidak menjadi bagian strategi masa depan komikus indonesia, kecuali Dwi koendoro (Dwikoen) pencipta tokoh panji Koming Kompas (yang juga menciptakan legenda sawung kampret). Dari jenis komik Strip ini muncul pula nama-nama GM Sudharta ( Om Pasikom,di Kompas), Keliek Siswojo (Doyok, Pos Kota), Rahmad Ghazhali (Mr Boss Bisnis Indonesia).
Semakin beragamnya jenis hiburan yang, turut mengurangi kegairahan dunia komik Indonesia. Disamping itu, komik-komik asing banyak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan akhirnya mengeser popularitas komik Indonesia, masalah kualitas profesionalisme, promosi dan distribusi, sering kali menjadi pokok perdebatan ketika mendiskusikan masalah tersebut. Penciptaan komik-komik Indonesia saat ini seakan- akan didorong dan dipengaruhi oleh hadirnya komik-komik asing. Mengenai pengaruh Jepang yang mewarnai komikus Indonesia, itu hal yang wajar karena Amerika pun terpengaruh oleh negara matahari terbit ini, jadi tinggal bagaimana mengasah kreatitas senimannya, begitu menurut Dwi Koen.
3.2.2 Sejarah Penerbitan Buku di Indonesia
Di Indonesia, awalnya bentuk buku masih berupa gulungan daun lontar. Menurut Ajib Rosidi (sastrawan dan mantan ketua IKAPI), secara garis besar, usaha penerbitan buku di Indonesia dibagi dalam tiga jalur, yaitu usaha penerbitan buku pelajaran, usaha penerbitan buku bacaan umum (termasuk sastra dan hiburan), dan usaha penerbitan buku agama.Pada masa penjajahan Belanda, penulisan dan penerbitan buku sekolah dikuasai orang Belanda. Kalaupun ada orang pribumi yang menulis buku pelajaran, umumnya mereka hanya sebagai pembantu atau ditunjuk oleh orang Belanda. Usaha penerbitan buku agama dimulai dengan penerbitan buku-buku agama Islam yang dilakukan orang Arab, sedangkan penerbitan buku –buku agama Kristen umumnya dilakukan oleh orang-orang Belanda. Penerbitan buku bacaan umum berbahasa Melayu pada masa itu dikuasai oleh orang-orang Cina. Orang pribumi hanya bergerak dalam usaha penerbitan buku berbahasa daerah. Usaha penerbitan buku bacaaan yang murni dilakukan oleh pribumi, yaitu mulai dari penulisan hingga penerbitannya, hanya dilakukan oleh orang-orang Sumatera Barat dan Medan. Karena khawatir dengan perkembangan usaha penerbitan tersebut, pemerintah Belanda lalu mendirikan penerbit Buku Bacaan Rakyat. Tujuannya untuk mengimbangi usaha penerbitan yang dilakukan kaum pribumi. Pada tahun 1908, penerbit ini diubah namanya menjadi Balai Pustaka. Hingga jepang masuk ke Indonesia, Balai Pustaka belum pernah menerbitkan buku pelajaran karena bidang ini dikuasai penerbit swasta belanda. Sekitar tahun 1950-an, penerbit swasta nasional mulai bermunculan. Sebagian besar berada di pulau Jawa dan selebihnya di Sumatera. Pada awalnya, mereka bermotif politis dan idealis. Mereka ingin mengambil alih dominasi para penerbit Belanda yang setelah penyerahan kedaulatan di tahun 1950 masih diijinkan berusaha di Indonesia. Pada tahun 1955, pemerintah Republik Indonesia mengambil alih dan menasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Kemudian pemerintah berusaha mendorong pertumbuhan dan perkembangan usaha penerbitan buku nasional dengan jalan memberi subsidi dan bahan baku kertas bagi para penerbit buku nasional sehingga penerbit diwajibkan menjual buku-bukunya denga harga murah.
Pemerintah kemudian mendirikan Yayasan Lektur yang bertugas mengatur bantuan pemerintah kepada penerbit dan mengendalikan harga buku. Dengan adanya yayasan ini, pertumbuhan dan perkembangan penerbitan nasional dapat meningkat dengan cepat. Menurut Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) yang didirikan 1950, penerbit yang menjadi anggota IKAPI yang semula berjumlah 13 pada tahun 1965 naik menjadi 600-an lebih.
Pada tahun 1965 terjadi perubahan situasi politik di tanah air. Salah satu akibat dari perubahan itu adalah keluarnya kebijakan baru pemerintah dalam bidang politik, ekonomi dan moneter. Sejak akhir tahun 1965, subsidi bagi penerbit dihapus. Akibatnya, karena hanya 25% penerbit yang bertahan, situasi perbukuan mengalami kemunduran.
Sementara itu, pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mashuri, kemudian menetapkan bahwa semua buku pelajaran di sediakan kan oleh pemerintah. Keadaan tidak bisa terus-menerus dipertahankan karena buku pelajaran yang meningkat dari tahun ke tahun. Karena itu, diberikan hak pada Balai Pustaka untuk mencetak buku-buku yang dibutuhkan dipasaran bebas. Para penerbit swasta diberikan kesempatan menerbitkan buku-buku pelengkap dengan persetujuan tim penilai.
3.3 Market Analisis
3.3.1 Tinjauan Spikologis Pada Anak
Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini berawal dari imajinasi dalam pikiran manusia, yang kemudian akan membentuk suatu teori. Dari teori tersebut, manusia akan mencari jalan untuk mewujudkannya. Dan imajinasi dapat berasal dari buku bacaan. Akan tetapi kita tidak tahu buku cerita manakah yang lbih pantas untuk diceritakan, atau bahkan binggung apakah cerita tersebut sesuai untuk anak apa tidak, maka dibutuhkan berbagai kemahiran atau kemampuan dan kreatifitas dalam mengemas cerita agar member pengaruh positif dan manfaat kepada anak – anak.
Seperti yang dikatakan Dr. Kamaluddin Husain adalah pemilihan cerita yang cocok bagi anak sesuai dengan fase umurnya :
3.3.1.1 Anak – anak yang belum mmasuki masa sekolah
Maka cerita yang cocok dan pantas bagi mereka adalah kisah – kisah pendk yang judulnya seputar hubungan kekeluargaan atau yang lainnya, termasuk binatang – binatang dan anak – anak, sebagamana mereka menyukai cerita – cerita komedi dan cerita – cerita atau anekdot.
3.3.1.2 Anak – anak usia ( 6 -10 tahun )
Meruka lebih menyukai cerita – cerita mistik atau magis yang bercerita tentang orang – orang yang mempunyai kehebatan dan kekuatan khusus, seperti kisah – kisah yang diadopsi dari peradaban – peradaban asing yang memiliki pengaruh yang kuat.
3.3.1.3 Anak – anak yang umurnya lebih besar ( 10 – 13 tahun )
Mereka mnyukai cerita – cerita nyata dan pertarungan – petarungan yang terdapat seorang jagoan didalamnya, sepertinya dongeng – dongeng kaum tertentu atau cerita seribu satu malam.
Untuk perancangan buku Nyai Anteh Sang Penunggu Bulan ini ditujukan untuk anak – anak usia 6 sampai 10 tahun dan anak – anak yang umurnya lebih besar 10 sampai 13 tahun. Karena usia itu merupakan usia emas anak dalam membaca. ceritanya mulai kompleks (bagian-bagian sub-plot menampilkan banyak karakter tambahan yang berperan penting dalam jalinan cerita), dan Anak-anak di usia ini mulai tertarik dan mengidolakan karakter dalam cerita.
3.3.2 Analis Data dan Hasil Kuisioner
Dengan kuisioner yang telah dibagikan kepada 25 responden, sebanyak 4 orang responden yang berusia 7 tahun,5 orang responden yang berusia 8 tahun,5 orang responden yang berusia 9 tahun, 3 orang responden yang berusia 10 tahun, 3 orang responden yang berusia 11 tahun,5 orang responden yang berusia 12 tahun. Setelah mengajukan 7 pertanyaan dalam kuisioner, maka diperoleh data serta informasi yang kemudian dapat di analisis sebagai berikut :
1. Dalam gambar mana yang kamu sukai ?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 24 anak menyukai gambar berwarna dan 1 anak menyukai gambar tidak berwarna. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai gambar berwarna dibandingkan gambar tidak berwarna.
2. Warna apa yang paling kamu sukai?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 16 anak menyukai warna blok dan 9 anak menyukai warna soft. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai warna blok dibandingkan warna soft.
3. Dalam pewarnaan mana yang kamu sukai ?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 18 anak menyukai pewarnaan memakai komputer dan 7 anak menyukai pewarnaan memakai pinsil. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai pewarnaan memakai komputer dibandingkan pewarnaan memakai pencil.
4. Buku cerita tentang apa yang kamu sukai?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 15 anak menyukai dongeng dan 10 anak menyukai cerita fiksi / cerpen. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih menyukai cerita dongeng dibandingkan cerita fiksi / cerpen.
5. Tahukah kamu tentang dongeng / cerita rakyat Indonesia ?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 19 anak mengetahui dongeng / cerita rakyat indonesia dan 6 anak tidak mengetahui dongeng / cerita rakyat indonesia. Jadi anak usia 7 – 12 tahun sudah mengetahui tentang dongeng / cerita rakyat indonesia.
6. Jenis huruf apa yang menurut kamu lebih menarik ?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 6 anak lebih tertarik dengan huruf Times new roman, 8 anak tertarik dengan huruf Arial, 9 anak tertarik dengan huruf Comic sans ms, 1 anak tertarik dengan huruf Britannic bold dan 1 anak tertarik dengan huruf Manggal. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih tertarik dengan huruf Comic sans ms.
7. Menurut kamu mana yang lebih menarik ?
Dari hasil perolehan kuisioner yang dibagikan kepada 25 orang responden yaitu anak – anak usia 7 – 12 tahun ( usia sekolah ) ditemukan bahwa sebanyak 13 anak lebih tertarik dengan cerita rakyat, 5 anak tertarik dengan barbie, 7 anak tertarik dengan Ipin upin. Jadi anak usia 7 – 12 tahun lebih tertarik dengan cerita rakyat.
3.4 Pontesial Market
Anak – anak memiliki kapasitas berbeda dalam menerima informasi, sehingga perkembangan anak – anak usia 7 – 12 tahun perlu diketahui dan dipelajari untuk dapat merancang buku cerita Rakyat Nyai Anteh Sang Penunggu Bulan yang baik serta sesuai dengan kapasitas mereka.
Dari hasil kuisioner yang telah diperoleh, maka dapat dianalisis bahwa anak – anak cendrung menyukai gambar berwarna. Anak – anak juga menyukai pemakaian warna blok yang cerah. Anak – anak menyukai teknik pewarnaan dengan komputer. Dari segi tipografi anak usia 7 – 12 tahun lebih tertarik dengan huruf comic sans ms karena mudah dibaca.
Dari hasil kuisioner tersebut dapat dijadikan pedoman dalam membuat ilustrasi pada buku cerita Rakyat Nyai Anteh Sang Penunggu Bulan.
3.5 Market Segmentation
3.5.1 Geografi
Ditinjau dari segi harga serta kemajuan informasi, maka buku cerita rakyat ini dirancang untuk anak - anak yang tinggal di kota – kota besar. Selain itu mengingat harga dan kualitas buku yang cukup tinggi, maka akan sulit untuk orang – orang di daerah pedesaan untuk membelinya. Alasan lain adalah untuk menarik perhatian anak – anak dikota – kota besar agar mau membaca cerita rakyat negerinya sendiri. Untuk perancangan buku cerita rakyat ini ditujukan untuk anak – anak Jakarta, Bogor , Banten dan Depok karena sesuai dengan survey yang dilakukan. Dengan demikian, dapat disusun sebuah buku cerita rakyat sesuai dengan kebutuhan anak – anak.
3.5.2 Demografi
Buku cerita rakyat ini nantinya akan dianak – anak usia sekolah. Buku cerita tersebut dapat dibaca oleh anak – anak yang ingin mengenal cerita rakyat di negerinya sendiri, buku ini ditujukan untuk kalangan menengah keatas, hal ini ditinjau dari harga serta kualitas buku. Karena orang – orang dengan ekonomi menengah keatas lebih memiliki kemampuan untuk menunjang pendidikan anak selain sekolah pada umumnya untuk anak – anak mereka.
3.5.3 Psikografi
Ditinjau dari sisi ini, target audience adalah anak – anak yang peduli dan memperhatikan kelestarian cerita rakyat dinegerinya sendiri, serta membutuhkan sebuah sarana baru yang berbeda dari sebelumnya sehingga lebih menarik perhatian untuk membacanya. Selain itu, anak – anak lebih menyukai cerita yang memiliki gambar – gambar berwarna. Buku cerita rakyat ini dapat dibaca setiap saat, dan dapat dinikmati setiap waktu. Buku ini dapat juga dibaca penghandar tidur anak.
3.6 Marketing Objective ( Tujuan Pemasaran )
Tujuan dari pemasaran buku cerita Rakyat Nyai Anteh Sang Penunggu Bulan ini adalah untuk menarik perhatian anak – anak untuk membaca sekaligus untuk melestarikan cerita rakyat Indonesia agar tidak hilang dari persaingan cerita dan film dari negeri – negeri lain.Target penjualan dari buku cerita rakyat ini adalah anak – anak usia sekolah dan orang tua.
Diharapkan pemasaran buku cerita rakyat ini memdapat respon baik dari anak – anak Indonesia khususnya dari Jakarta, Depok, Bogor dan Tanggerang. Karena keberhasilan pemasaran akan dapat melestarikan cerita rakyat.